Allah
adalah Sumber Keselamatan yang Sejati – Ringkasan
·
Setiap manusia selalu menginginkan
keselamatan dalam hidupnya dan tidak seorang pun menginginkan hidupnya celaka.
Berbagai usaha manusia dilakukan untuk mempertahankan hidupnya.
·
Bagi orang beriman kerinduan untuk
memperoleh keselamatan itu berdasar pada iman akan Allah sebagai sumber
keselamatan yang utama dan terutama.
·
Sejak semula Allah menghendaki agar
hidup manusia selamat. Keselamatan itu ditujukan kepada semua manusia tanpa
melihat latar, belakang, suku atau kelompok tertentu karena dihadapan Allah
semua manusia adalah sama. Semua manusia berharga di mata Allah.
·
Namun dalam kenyataan hidup
sehari-hari yang kita jumpai, banyak orang pada zaman sekarang ini hidupnya
semakin menjauh dari kehendak Allah bahkan beranggapan hidup dapat dijalani
tanpa Allah.
·
Beberapa pandangan tentang sumber
keselamatan misalnya sebagai berikut:
1. Keselamatan bersumber pada barang duniawi
Keselamatan hidup diukur dari kemampuan seseorang mengumpulkan harta benda atau
barang-barang duniawi. Mereka merasa tidak membutuhkan Allah lagi karena segala
sesuatu di dunia ini dapat diatasi dengan harta yang dimilikinya.
2. Keselamatan bersumber pada kekuatan gaib
Dalam dunia modern ini kita masih menjumpai masyarakat yang menggantungkan
keselamatan pada kekuatan gaib. Kekuatan gaib ini dianggap mampu menjauhkan
malapetaka, memberikan rasa aman, dan memberikan jaminan keselamatan hidup.
Kekuatan gaib dipuja sebagai sumber keselamatan sehingga kehendak Allah
dilupakan.
3.Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sumber keselamatan
Ada sebagian orang beranggapan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sumber
keselamatan. Mereka menggantungkan hidupnya pada kemajuan ilmu kedokteran dan
alat-alat kesehatan. Dengan kemajuan itu mereka merasa dapat memperpanjang usia
hidupnya, mereka mulai lupa bahwa hidup dan mati adalah milik Allah. Tak ada
seorang pun yang dapat melawan kehendak Allah.
·
Kepercayaan pada kekuatan gaib dulu
juga pernah disaksikan sendiri oleh Rasul Paulus ketika ia mengabarkan Injil di
Atena (Kisah Rasul 17:16-34). Kepercayaan orang-orang Atena terhadap
patung-patung berhala yang diyakini memiliki kekuatan gaib dimana dianggap
mampu melindungi hidup mereka, membuat sedih hati Rasul Paulus.
·
Sikap orang-orang Atena tersebut juga
dapat kita temukan dalam masyarakat kita dewasa ini yang menggantungkan
hidupnya pada berhala-berhala bentuk yang lain, seperti, mendewakan
barang-barang duniawi, memuja benda dan mantra-mantra yang dianggap memiliki
kekuatan gaib, serta menomor satukan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dibandingkan menyerahkan hidupnya kepada kehendak Allah.
·
Sebagai orang beriman kita harus
meyakini bahwa Allah adalah sumber keselamatan sejati. Tidak ada kekuatan lain
yang menyelamatkan selain kekuatan Allah sendiri.
·
Mari kita perhatikan beberapa kutipan
teks Kitab Suci atau dokumen Gereja berikut ini, agar kita semakin yakin bahwa
Allah merupakan satu-satunya sumber keselamatan sejati bagi hidup kita sekarang
maupun yang akan datang:
1. “Aku, Akulah Tuhan dan tidak ada juru selamat selain dari pada-Ku.” (Yes
43:11).
2.“…tidak ada Allah selain dari pada-Ku! Allah yang adil dan Juruselamat, tidak
ada yang lain kecuali Aku.” (Yes 45:21).
3.“Tetapi Aku adalah TUHAN, Allahmu sejak di tanah Mesir; engkau tidak mengenal
allah kecuali Aku, dan tidak ada juruselamat selain dari Aku.” (Hos 13:4).
4.“Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh
pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama
mereka yang percaya.” (1Tim 4:10).
5.“Allah yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia
adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan
sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin.” (Yud 1:25)
6.“Allah yang sama adalah penyelamat dan Pencipta, Tuhan sejarah manusia dan
sejarah keselamatan.” (GS 41)
·
Allah adalah Pencipta, awal dari
segala kehidupan dan sekaligus menjadi tujuan hidup setiap ciptaan. Dia adalah
Alpha dan Omega, Awal dan akhir. Sebagai orang beriman kita harus percaya bahwa
karya penyelamatan Allah tetap berlangsung dari dulu hingga sekarang.
·
Namun seringkali manusia tidak
menyadari karya keselamatan Allah dalam dirinya. Itulah sebabnya Allah kerap
kali menyatakan diri-Nya kepada manusia, sebagaimana pernah dilakukan kepada
bangsa Israel.
·
Demikian juga dengan diri kita, ada
begitu banyak tanda kasih Allah yang dapat kita rasakan dalam hidup kita. Allah
telah memberikan napas kehidupan dan juga menciptakan alam semesta yang indah
dan kaya untuk menunjang kelangsungan hidup kita.
·
Bukti terbesar kasih Allah yang
menyelamatkan umat manusia adalah dengan mengutus Putera-Nya sendiri, Yesus
Kristus untuk menebus dosa-dosa manusia. “Karena begitu besar kasih Allah akan
dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap
orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
kekal.” (Yoh 3:16).
·
Namun kenyataannya tidak semua orang
mau menanggapi karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus. Sejak
kehadiran-Nya, Yesus sudah mengalami berbagai macam penolakan. Masih banyak
orang yang tidak percaya dan tidak mau menerima Yesus sebagai Juru Selamat.
·
Penolakan manusia berpuncak pada
peristiwa penyaliban Yesus di Golgota. Penolakan manusia terhadap karya
penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus tidak menghalangi kehendak Allah yang
ingin menyelamatkan umat manusia sepanjang masa. Karya penyelamatan Allah itu
tetap berlangsung sampai sekarang dilanjutkan oleh para pengikut-Nya melalui
berbagai karya pelayanan Gereja-Nya yang kudus.
·
Semua itu menjadi tanda karya
keselamatan Allah yang harus kita syukuri yaitu dengan menyerahkan
hidup kita sepenuhnya kepada kehendak Allah (iman).
·
Bagi kita orang Katolik, terlibat
secara langsung dan berperan aktif dalam perayaan-perayaan sakramen menjadi sarana
bagi kita menghayati kehadiran Allah yang menyelamatkan.
·
Selain dengan mengikuti
perayaan-perayaan sakramen kita juga dapat menghayati kehadiran Allah melalui
doa dan melalui sabda-Nya dalam Kitab Suci.
·
Karena Allah telah mengasihi kita dan
berkehendak menyelamatkan kita maka kita juga harus mampu menjadi tanda
kehadiran Allah yang menyelamatkan bagi sesama melalui berbagai macam karya
belas kasih seperti yang dilakukan oleh Bunda Teresa.
·
Kita juga dapat menjadi tanda
kehadiran Allah yang menyelamatkan dengan misalnya membantu teman kita yang
kesulitan dalam memahami materi pelajaran, menjenguk dan mendoakan teman yang
sakit, atau menyisihkan sebagian yang kita miliki untuk berbelarasa pada
orang-orang yang miskin dan teraniaya dalam hidupnya.
Ringkasan Buku Guru Kelas 9 K13
Beragama
Sebagai Tanggapan atas Karya Keselamatan Allah – Ringkasan
·
Sudah sejak dahulu kala hingga
sekarang ini di antara pelbagai bangsa terdapat suatu kesadaran tentang daya
kekuatan yang gaib yang hadir pada perjalanan sejarah dan peristiwa-peristiwa
hidup manusia;
·
Demikian pula dengan nenek moyang
kita sejak dahulu kala, bahkan jauh sebelum agama-agama besar dikenal, sudah
ada upaya untuk mengungkapkan kepercayaan akan Allah yang menyelamatkan.
Ungkapan kepercayaan itu dinyatakan dalam berbagai bentuk: mitos, upacara, dan
sebagainya. Kita mengenalnya sebagai agama asli.
·
Biasanya agama asli bersifat lokal,
artinya hanya ada di wilayah tertentu. Di Indonesia banyak tersebar agama-agama
asli, sebagian masih dianut oleh suku-suku tertentu, sebagian sudah terpengaruh
oleh agama-agama besar.
·
Agama-agama yang terdapat di seluruh
dunia pada umumnya dengan berbagai cara berusaha menanggapi kegelisahan hati
manusia yang terus-menerus bertanya tentang makna hidupnya yang terdalam:
“apakah manusia, mengapa manusia hidup, mengapa ada penderitaan dan kesusahan,
mengapa manusia bisa sakit, apa akhir dari kehidupan ini, kemanakah sesudah
kematian” dengan menunjukkan berbagai jalan, yakni ajaran-ajaran serta
kaidah-kaidah hidup maupun upacara-upacara suci.
·
Bagi manusia semua pertanyaan
tersebut merupakan suatu misteri yang tak terjawab. Pada akhirnya, manusia
mempercayakan seluruh hidupnya kepada penyelenggaraan Tuhan melalui agama yang
dianutnya.
·
Agama adalah ajaran, sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, Balai
Pustaka 2001).
·
Dr. Franz Dahler mengartikan “agama
adalah hubungan manusia dengan sesuatu kekuasaan yang lebih tinggi dari pada
dia, dari mana dia merasa tergantung dan berusaha mendekatinya.”
·
Di bawah ini lima unsur yang dapat
kita temukan pada agama-agama yang ada, yaitu:
1.Jemaat
Umat beragama bukanlah kumpulan umat yang biasa. Yang mengikat mereka pada
awalnya bukan organisasi, melainkan ikatan batin. Bagaimana ikatan batin itu
digambarkan atau diterangkan, berbeda pada masing-masing agama. Biasanya umat
beragama merasa dirinya dipersatukan bukan hanya atas inisiatif atau upaya para
anggota. Tuhan sendirilah yang mempersatukan mereka.
2. Tradisi
Umumnya semua agama mempunyai sejarah. Khususnya sejarah awal dan
tokoh-tokohnya, mempunyai arti yang khusus. Banyak agama mengenal nabi atau rasul
atau pendiri agama. Salah satu unsur tradisi yang sangat penting adalah ajaran
yang diteruskan secara turun temurun. Ajaran itu pada umumnya mengandung tiga
bidang: ajaran keselamatan, ajaran moral dan ajaran ibadat. Tradisi ajaran itu
biasanya diteruskan tidak hanya secara lisan, tetapi juga melalui buku-buku
suci.
3. Ibadat
Walaupun ibadat ada dalam setiap agama, namun justru dalam ibadatlah nampak
perbedaan antara agama. Ada yang melihat ibadat sebagai pertemuan antara Allah
dan manusia. Ada juga yang membatasi ibadat pada ungkapan ketakwaan dan saling
mengukuhkan iman. Ibadat adalah kegiatan manusia. Peraturan ibadat dan cara
umat mengambil bagian dalam ibadat berbeda antara satu agama dengan agama yang
lain.
4. Tempat Ibadat
Setiap agama memiliki tempat ibadat, sebutan, dan ciri yang berbeda-beda antara
satu agama dengan agama lainnya. Tempat ibadat dipandang sebagai tempat yang
dikhususkan bagi pertemuan dengan Tuhan. Selain itu tempat ibadat dipandang
sebagai tempat yang suci.
5. Petugas Ibadat
Sebenarnya petugas ibadat itu suci, karena ibadat yang dilayani olehnya
bersifat suci. Dalam hal ini ada perbedaan-perbedaan besar antara para petugas
ibadat dari pelbagai agama.
·
Perlu ditegaskan bahwa berbagai
ungkapan yang menunjukkan bahwa manusia melakukan upacara, ibadat, dan
sebagainya, memperlihatkan kepada kita bahwa manusia percaya akan Allah.
·
Manusia percaya ada Pribadi yang luar
biasa, yang kuat, yang jauh melebihi kemampuan manusia. Pribadi yang luar biasa
itu sungguh misteri, sulit dijelaskan sepenuhnya oleh manusia, tetapi dirasakan
kehadiran dan pengaruhnya dalam hidup manusia sehari-hari.
·
Beberapa alasan manusia menganut
agama antara lain sebagai berikut:
1. Menemukan jawaban
Manusia sering menghadapi berbagai pertanyaan yang sulit dipecahkan oleh
kemampuan akal-budinya. Ada banyak pertanyaan berkaitan dengan hidup manusia
itu sendiri, seperti: dari mana manusia berasal, mengapa ada penderitaan atau
bencana di dunia ini, kemana manusia sesudah ia mati?
2. Mencari perlindungan
Dalam hidupnya manusia kerap kali merasa tidak berdaya, manusia seringkali
menyadari kekuatan yang jauh lebih hebat dari dirinya. Kekuatan itu tampak
dalam bentuk bencana, gejala alam, atau kejadian yang menimpa dirinya. Perasaan
tidak berdaya itulah yang mendorong manusia untuk meminta perlindungan terhadap
kekuatan lain yang lebih hebat itu, dengan berlindung kepada kekuatan itu
manusia juga merasakan keamanan.
3. Meneguhkan tata nilai
Dalam hidupnya manusia mau tidak mau harus berelasi dengan sesamanya. Dari
pengalaman berhubungan dengan orang lain tersebut, baik dengan individu maupun
kelompok, manusia menemukan ada nilai-nilai tertentu yang bersifat membangun
dan ada juga yang sifatnya dapat merusak relasi itu sendiri. Melalui agama,
segala nilai yang baik dan benar itu dihayati sebagai yang dikehendaki Allah,
sedangkan yang jahat dan salah dianggap berlawanan dengan kehendak Allah.
4. Memuaskan kerinduan akan masa depan yang lebih baik
Dalam pergumulan hidupnya manusia berpikir: Kalau Allah demikian mencintai
manusia, pasti Allah tidak menghendaki semuanya itu terjadi terus menerus;
kalau Allah mencintai manusia tentulah ada situasi lain yang dijanjikannya,
yakni situasi dimana manusia dapat hidup dengan damai, tentram, tanpa
penderitaan, dan sebagainya.
·
Dalam menghayati hidup keagamaan,
kadang ada yang menganggap diri mereka lebih baik dari orang lain. Pada zaman
Yesus, kebanyakan orang Farisi seperti itu. Yesus mengkritik orang-orang
Farisi, para pemuka agama dan ahli taurat yang seringkali merasa hidup
keagamaannya lebih baik dibandingkan orang lain (Lukas 18:9-14). Mereka
menyombongkan dirinya dan menganggap orang lain hidup agamanya lebih
rendah.
·
Pada kenyataannya masih banyak orang
yang masih menghayati agama yang dianutnya secara dangkal. Mereka mengaku
sebagai orang beragama, namun hal itu hanya berlaku di KTP saja sebagai
identitas. Dengan alasan tersebut, orang akan merasa aman karena diakui
statusnya.
·
Hidup beragama yang benar harus
didasarkan pada keyakinan bahwa Allah telah mencintai manusia. Dialah sumber
cinta, penyelenggara kehidupan sehingga hidup beragama hendaknya mengarah pada
hubungan yang semakin dekat dan mendalam dengan Allah.
·
Hubungan yang semakin dekat dan
mendalam dengan Allah dapat dilaksanakan melalui praktik-praktik pelaksanaan
ibadah sesuai agama yang dianutnya dan penghayatan ajaran agama dalam kehidupan
sehari-hari.
·
Kita harus benar-benar mendalami
ajaran agama kita, sehingga tidak jatuh pada pemahaman yang dangkal dan
setengah-tengah. Kita juga harus bersikap kritis dalam menyikapi pandangan agama
sendiri dan atau orang lain, dengan mengutamakan kehendak Allah sebagai ukuran
kebenaran, sehingga kita dapat bersikap rendah hati di hadapan Allah dan
sesama.
Ringkasan Materi Kelas 9 K13
Beriman
sebagai Tanggapan atas Karya Keselamatan Allah – Ringkasan
·
Dalam hidup beragama yang pokok
adalah sikap batin. Agama yang bersifat lahiriah, dengan sendirinya menjadi
formalisme dan kosong.
·
Tidak semua orang yang mengaku
dirinya memiliki agama, memiliki iman yang mendalam.
·
Agama merupakan pengungkapan iman
dalam arti yang luas. Dalam agama, iman mendapat bentuk yang khas, yang
memampukan orang beriman mengomunikasikan imannya dengan orang lain, baik yang
beriman maupun yang tidak.
·
Untuk memahami lebih mendalam tentang
iman, maka kita harus juga memahami tentang wahyu karena iman tidak dapat
dipisahkan dari wahyu Ilahi.
·
Wahyu adalah Allah sendiri yang
menyapa manusia, yang berbicara dengan manusia, yang berhubungan secara pribadi
dengan manusia.
·
Maka dengan wahyu itu Allah yang
tidak kelihatan (lih. Kol 1:15; 1Tim 1:17) dari kelimpahan cinta kasih-Nya
menyapa manusia sebagai sahabat-sahabat-Nya…”
·
Dengan kata lain, Allah yang
diperkenalkan adalah Allah yang baik, bijaksana, berkelimpahan cinta kasih.
Jadi, keinginan Allah mau bersahabat itu karena kebaikan, cinta, dan
kebijaksanaanNya. Dialah Bapa yang diperkenalkan oleh Yesus Kristus. Jadi isi
pewahyuan adalah diri Allah sendiri dan rahasia kehendak-Nya.
·
Kalau wahyu adalah Allah sendiri yang
menyapa manusia, maka dari pihak manusia diharapkan tanggapan atas sapaan itu.
Tanggapan ini disebut iman.
·
Konsili mengatakan: “Kepada Allah
yang mewahyukan diri, manusia harus menyatakan ketaatan iman. Dalam ketaatan
iman tersebut manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah
dengan kepenuhan akal budi dan kehendak yang penuh kepada Allah pewahyu …” (DV
5).
·
Iman adalah ikatan pribadi manusia
dengan Allah dan persetujuan secara bebas terhadap segala kebenaran yang
diwahyukan Allah.
·
Iman adalah sikap penyerahan diri
manusia dalam pertemuan pribadi dengan Allah (Mgr. I. Suharyo Pr.).
·
Dengan demikian, maka beriman artinya
tidak hanya sekedar tahu atau sekedar percaya, tetapi berani melakukan apa yang
diketahui dan dipercayai.
·
Dengan kata lain, beriman kepada
Allah, berarti menyerahkan diri secara total kepada Allah.
·
Penyerahan diri secara total itu
muncul berdasarkan keyakinan bahwa Allah pasti akan memberikan dan melakukan
yang terbaik bagi manusia. Yang dikehendaki Allah semata-mata kebahagiaan dan
keselamatan manusia.
·
Sikap penyerahan diri secara total
tersebut memungkinkan manusia tidak tawar-menawar apalagi memaksakan kehendak
sendiri, tidak ragu-ragu.
·
Relasi manusia dengan Allah akan
menjadi lebih nyata jika iman tidak hanya diungkapkan melalui doa maupun
puji-pujian saja, tetapi juga diwujudkan dalam hidup sehari-hari, terutama
melalui perbuatan baik yang menyelamatkan dan membahagiakan sesama.
·
Orang dapat disebut betul-betul
beriman bila ia sungguh-sungguh menghayati dan mewujudkan imannya dalam hidup
sehari-hari. Karena jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada
hakikatnya adalah mati. Sebab iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan
oleh perbuatan-perbuatan itulah iman menjadi sempurna. Manusia dibenarkan
karena perbuatan-perbuatannya, bukan hanya karena iman. (lih. Yak 2:14-26).
·
Yesuspun secara tegas mengatakan:
”Bukan setiap orang yang berseru: Tuhan, Tuhan! Akan masuk Kerajaan Surga,
melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga” (Mat 7:21).
Ringkasan Materi Kelas 9 K13.