Sr Maria Ines Teresa Arias mendapat gelar Beata karena nyawa
seorang anak selamat berkat perantaraannya. Proses beatifikasi Madre Ines
dibuka 31 Desember 1992 di Cuernavaca, Meksiko.
Saat itu Suster Ines yang sudah enam kali berkunjung ke Indonesia ini, mendapat gelar “Hamba Allah”. Kemudian, ia digelari “Venerabilis” di Roma pada 3 April 2009, setelah Vatikan mempelajari keutamaan-keutamaan kristiani dalam hidupnya. Madre Ines lahir, dibesarkan dan mendirikan Kongregasi Misionaris Claris (MC) di Meksiko. Pada 1969 ia pindah ke Roma, tinggal di Rumah Pusat Kongregasi MC hingga wafatnya.
Madre Ines mendapat gelar Beata Maria Ines Teresa Arias dari Sakramen Maha Kudus pada 27 Juni 2011. Gelar ini diumumkan Paus Benediktus XVI setelah Kongregasi Penggelaran Orang Kudus mensahkan sebuah mukjizat berkat perantaraan Madre Ines. Mukjizat itu dialami Francisco Javier. Pada 17 Juni 2001, anak berusia setahun tiga bulan ini jatuh di sebuah kolam. Akibatnya, otaknya kekurangan asupan oksigen dan darah. Saat pertolongan pertama di tempat kejadian, para dokter memperkirakan si kecil akan meninggal.
Ketika dirawat di rumah sakit, seluruh keluarga berdoa memohon mukjizat dengan perantaraan Madre Ines. Saat para dokter akan melepas semua peralatan medis untuk memperpanjang hidup, Francisco buang air kecil. Sejak itu perlahan-lahan Francisco kembali sehat. Kini ia tumbuh normal layaknya seorang remaja sehat.
Pada 21 April 2012 beatitifikasi Madre Maria Ines Teresa Arias dilaksanakan di Basilika Maria Guadalupe, Meksiko. Kardinal Angelo Amato SDB, Prefek Kongregasi Penggelaran Orang Kudus, mewakili Paus Benediktus XVI, memimpin upacara tersebut.
Upacara beatifikasi dihadiri para saksi hidup dalam kehidupan Beata Maria Ines. Mereka adalah anggota Kongregasi Suster-Suster Misionaris Claris dari Sakramen Mahakudus, kongregasi imam Misionaris Kristus untuk Gereja Universal, kelompok misionaris awam Van-Clar, Kelompok Imam Maria Ines, Misionaris Inesian (Kelompok Awam Berkaul) dan Kelompok Ekaristik.
Saat pertobatan
Sr Maria Ines dilahirkan 7 Juli 1904 di Ixlan de Rio, Nayarit, Meksiko. Nama aslinya Manuela de Jesus Arias Espinosa. Putri kelima dari delapan bersaudara pasangan Eustaquio Arias Arroniz dan Maria Espinosa y Lopez Portillo dari Guadalajara, Jalisco, Meksiko ini dibaptis dengan nama Maria Manuela de Jesus dua hari setelah kelahirannya.
Sampai menjelang usia 20 tahun, Manuelita adalah gadis yang penuh vitalitas, bercita-cita tinggi, menyukai alam, dan memiliki banyak teman. Ia dan teman-temannya senang membantu orang-orang terlantar. Jiwanya sudah terarah ke satu cita-cita yang lebih tinggi, yang dipeliharanya dengan selalu
menghadiri perayaan Ekaristi bersama ayahnya.
Manuelita sempat bekerja di Bank Occidental de Mazatla. Kehadiran Manuelita membawa angin segar kepada para karyawan muda di bank tersebut. Mereka kagum akan sikap dan kebajikan moral Manuelita.
Manuelita pernah sakit. Sesudah dioperasi tahun 1924, saat menanti kesembuhan, ia mendapat buku “Biografi dari Satu Jiwa” dari sepupunya, Angelita Gallardo. Isinya tentang kehidupan Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus. Hati Manuelita tergugah dan tumbuh keinginan luar biasa untuk hidup suci. Sejak itu ia ingin mengikuti jejak Santa Theresia.
Ketika Kongres Ekaristi Nasional di Meksiko, Oktober 1924, Manuelita mengalami perjumpaan rohani dengan Yesus. Ia menyebutnya “Saat Pertobatan”. “Pada waktu Yesus lewat di dekatku, Dia menjatuhkan pandangan mata-Nya pada jiwaku ... tertuju pada mataku, hatiku pun mengikuti-Nya dan tidak dapat kembali lagi ...”.
Tahun 1926, umat Katolik Meksiko mengalami masa sulit. Mereka dikejarkejar. Manuelita berniat membaktikan diri kepada Tuhan sebagai kurban bakaran pada Hari Raya Kristus Raja. Intensinya, untuk perdamaian Meksiko. Ia memutuskan masuk biara tertutup: “Menjadi misionaris seperti Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus melalui doa dan kurban”.
Kongregasi misionaris
Sejak itu hidupnya secara total bersifat Ekaristis dan misionaris. Setiap hari selama delapan jam ia berdoa kontemplasi. Dengan ditutupnya tempat-tempat ibadah pada 1926, kesedihan menyelimutinya. Namun ia tetap menyalakan asa dalam dirinya. Ia belajar mengalihkan kondisi menderita menjadi mencintai. “Kerinduan akan keselamatan jiwa-jiwa mengoyak hatiku,” ungkapnya.
Tahun itu juga Manuelita mengajukan permohonan masuk biasa kontemplatif Ave Maria, sebuah biara Ordo Santa Clara di Meksiko. Namun baru Juni 1929, ia dapat masuk biara Claris Kontemplatif setelah mengungsi ke Los Angeles, California. Saat memperoleh busana biara 8 Desember 1929, Manuelita berganti nama menjadi Maria Ines Teresa dari Sakramen Mahakudus.
Ia mengikrarkan kaul pertama di Gereja Santo Toribio Los Angeles, 12 Desember 1930. Setelah Maria Ines mengalami perjumpaan rohani dengan Bunda Tuhan (1931), komunitas Clarisas Sacramentaria kembali ke Meksiko, walaupun saat itu situasi belum aman benar.
Madre Ines kembali tinggal di Meksiko. Ia terus memohon kepada Tuhan agar menyatakan kepadanya jika memang kehendak-Nya untuk mendirikan sebuah kongregasi misionaris. Ia memperoleh saran dari orang-orang bijak agar memulai langkah-langkah yang diperlukan untuk itu. Semuanya ia laksanakan dalam ketaatan.
Dalam proses itu, ia sering dicobai. Justru hal itu menyemangati dirinya dalam mempersiapkan karya yang diyakini akan diletakkan di tangannya.
Akhirnya, Uskup Cuernavaca, Mgr Francisco Gonzales Arias, menyetujui pendirian biara kontempaltif Misionaris Claris. Ia sendiri yang mengirimkan permohonan itu ke Roma. Dekrit pengabulannya ditanda tangani 12 Mei 1945.
Komunitas kontemplatif mulai menjadi komunitas misionaris dengan anggota enam orang. Proses transformasi ini memakan waktu enam tahun. Tahta Suci mengabulkan transformasi dari biara kontemplatif menjadi kongregasi misionaris dengan Hak Kepausan, 22 Juni 1951. Namanya, Misionaris Claris dari Sakramen Mahakudus. Saat itu jumlah anggotanya 92 orang. Madre Ines dipilih menjadi Pemimpin Umum pertama sampai akhir hayatnya, 22 Juli 1981. Semboyannya, “Es Urgente que Cristo Reine” (Dia Harus Meraja).
Tahun 1960, tibalah tiga suster Misionaris Claris pertama di Indonesia. Mereka tiba di Madiun atas undangan Apostolik Internuncio untuk Indonesia Mgr Gaetano Alibrandi. Sebelumnya, Nuntius sudah mengenal Madre Ines saat bertugas di Meksiko.
Saat ini kongregasi Misionaris Claris berkarya di Surabaya, Madiun, Jakarta, Wudu-Nagekeo, Flores, Ruteng, dan Palangkaraya. Karya mereka di bidang pendidikan, kesehatan, pastoral, katekese dan rumah retret
Saat itu Suster Ines yang sudah enam kali berkunjung ke Indonesia ini, mendapat gelar “Hamba Allah”. Kemudian, ia digelari “Venerabilis” di Roma pada 3 April 2009, setelah Vatikan mempelajari keutamaan-keutamaan kristiani dalam hidupnya. Madre Ines lahir, dibesarkan dan mendirikan Kongregasi Misionaris Claris (MC) di Meksiko. Pada 1969 ia pindah ke Roma, tinggal di Rumah Pusat Kongregasi MC hingga wafatnya.
Madre Ines mendapat gelar Beata Maria Ines Teresa Arias dari Sakramen Maha Kudus pada 27 Juni 2011. Gelar ini diumumkan Paus Benediktus XVI setelah Kongregasi Penggelaran Orang Kudus mensahkan sebuah mukjizat berkat perantaraan Madre Ines. Mukjizat itu dialami Francisco Javier. Pada 17 Juni 2001, anak berusia setahun tiga bulan ini jatuh di sebuah kolam. Akibatnya, otaknya kekurangan asupan oksigen dan darah. Saat pertolongan pertama di tempat kejadian, para dokter memperkirakan si kecil akan meninggal.
Ketika dirawat di rumah sakit, seluruh keluarga berdoa memohon mukjizat dengan perantaraan Madre Ines. Saat para dokter akan melepas semua peralatan medis untuk memperpanjang hidup, Francisco buang air kecil. Sejak itu perlahan-lahan Francisco kembali sehat. Kini ia tumbuh normal layaknya seorang remaja sehat.
Pada 21 April 2012 beatitifikasi Madre Maria Ines Teresa Arias dilaksanakan di Basilika Maria Guadalupe, Meksiko. Kardinal Angelo Amato SDB, Prefek Kongregasi Penggelaran Orang Kudus, mewakili Paus Benediktus XVI, memimpin upacara tersebut.
Upacara beatifikasi dihadiri para saksi hidup dalam kehidupan Beata Maria Ines. Mereka adalah anggota Kongregasi Suster-Suster Misionaris Claris dari Sakramen Mahakudus, kongregasi imam Misionaris Kristus untuk Gereja Universal, kelompok misionaris awam Van-Clar, Kelompok Imam Maria Ines, Misionaris Inesian (Kelompok Awam Berkaul) dan Kelompok Ekaristik.
Saat pertobatan
Sr Maria Ines dilahirkan 7 Juli 1904 di Ixlan de Rio, Nayarit, Meksiko. Nama aslinya Manuela de Jesus Arias Espinosa. Putri kelima dari delapan bersaudara pasangan Eustaquio Arias Arroniz dan Maria Espinosa y Lopez Portillo dari Guadalajara, Jalisco, Meksiko ini dibaptis dengan nama Maria Manuela de Jesus dua hari setelah kelahirannya.
Sampai menjelang usia 20 tahun, Manuelita adalah gadis yang penuh vitalitas, bercita-cita tinggi, menyukai alam, dan memiliki banyak teman. Ia dan teman-temannya senang membantu orang-orang terlantar. Jiwanya sudah terarah ke satu cita-cita yang lebih tinggi, yang dipeliharanya dengan selalu
menghadiri perayaan Ekaristi bersama ayahnya.
Manuelita sempat bekerja di Bank Occidental de Mazatla. Kehadiran Manuelita membawa angin segar kepada para karyawan muda di bank tersebut. Mereka kagum akan sikap dan kebajikan moral Manuelita.
Manuelita pernah sakit. Sesudah dioperasi tahun 1924, saat menanti kesembuhan, ia mendapat buku “Biografi dari Satu Jiwa” dari sepupunya, Angelita Gallardo. Isinya tentang kehidupan Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus. Hati Manuelita tergugah dan tumbuh keinginan luar biasa untuk hidup suci. Sejak itu ia ingin mengikuti jejak Santa Theresia.
Ketika Kongres Ekaristi Nasional di Meksiko, Oktober 1924, Manuelita mengalami perjumpaan rohani dengan Yesus. Ia menyebutnya “Saat Pertobatan”. “Pada waktu Yesus lewat di dekatku, Dia menjatuhkan pandangan mata-Nya pada jiwaku ... tertuju pada mataku, hatiku pun mengikuti-Nya dan tidak dapat kembali lagi ...”.
Tahun 1926, umat Katolik Meksiko mengalami masa sulit. Mereka dikejarkejar. Manuelita berniat membaktikan diri kepada Tuhan sebagai kurban bakaran pada Hari Raya Kristus Raja. Intensinya, untuk perdamaian Meksiko. Ia memutuskan masuk biara tertutup: “Menjadi misionaris seperti Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus melalui doa dan kurban”.
Kongregasi misionaris
Sejak itu hidupnya secara total bersifat Ekaristis dan misionaris. Setiap hari selama delapan jam ia berdoa kontemplasi. Dengan ditutupnya tempat-tempat ibadah pada 1926, kesedihan menyelimutinya. Namun ia tetap menyalakan asa dalam dirinya. Ia belajar mengalihkan kondisi menderita menjadi mencintai. “Kerinduan akan keselamatan jiwa-jiwa mengoyak hatiku,” ungkapnya.
Tahun itu juga Manuelita mengajukan permohonan masuk biasa kontemplatif Ave Maria, sebuah biara Ordo Santa Clara di Meksiko. Namun baru Juni 1929, ia dapat masuk biara Claris Kontemplatif setelah mengungsi ke Los Angeles, California. Saat memperoleh busana biara 8 Desember 1929, Manuelita berganti nama menjadi Maria Ines Teresa dari Sakramen Mahakudus.
Ia mengikrarkan kaul pertama di Gereja Santo Toribio Los Angeles, 12 Desember 1930. Setelah Maria Ines mengalami perjumpaan rohani dengan Bunda Tuhan (1931), komunitas Clarisas Sacramentaria kembali ke Meksiko, walaupun saat itu situasi belum aman benar.
Madre Ines kembali tinggal di Meksiko. Ia terus memohon kepada Tuhan agar menyatakan kepadanya jika memang kehendak-Nya untuk mendirikan sebuah kongregasi misionaris. Ia memperoleh saran dari orang-orang bijak agar memulai langkah-langkah yang diperlukan untuk itu. Semuanya ia laksanakan dalam ketaatan.
Dalam proses itu, ia sering dicobai. Justru hal itu menyemangati dirinya dalam mempersiapkan karya yang diyakini akan diletakkan di tangannya.
Akhirnya, Uskup Cuernavaca, Mgr Francisco Gonzales Arias, menyetujui pendirian biara kontempaltif Misionaris Claris. Ia sendiri yang mengirimkan permohonan itu ke Roma. Dekrit pengabulannya ditanda tangani 12 Mei 1945.
Komunitas kontemplatif mulai menjadi komunitas misionaris dengan anggota enam orang. Proses transformasi ini memakan waktu enam tahun. Tahta Suci mengabulkan transformasi dari biara kontemplatif menjadi kongregasi misionaris dengan Hak Kepausan, 22 Juni 1951. Namanya, Misionaris Claris dari Sakramen Mahakudus. Saat itu jumlah anggotanya 92 orang. Madre Ines dipilih menjadi Pemimpin Umum pertama sampai akhir hayatnya, 22 Juli 1981. Semboyannya, “Es Urgente que Cristo Reine” (Dia Harus Meraja).
Tahun 1960, tibalah tiga suster Misionaris Claris pertama di Indonesia. Mereka tiba di Madiun atas undangan Apostolik Internuncio untuk Indonesia Mgr Gaetano Alibrandi. Sebelumnya, Nuntius sudah mengenal Madre Ines saat bertugas di Meksiko.
Saat ini kongregasi Misionaris Claris berkarya di Surabaya, Madiun, Jakarta, Wudu-Nagekeo, Flores, Ruteng, dan Palangkaraya. Karya mereka di bidang pendidikan, kesehatan, pastoral, katekese dan rumah retret