Jumat, 31 Juli 2020

Materi PH-1 Kelas 9

Allah adalah Sumber Keselamatan yang Sejati – Ringkasan

·         Setiap manusia selalu menginginkan keselamatan dalam hidupnya dan tidak seorang pun menginginkan hidupnya celaka. Berbagai usaha manusia dilakukan untuk mempertahankan hidupnya.

·         Bagi orang beriman kerinduan untuk memperoleh keselamatan itu berdasar pada iman akan Allah sebagai sumber keselamatan yang utama dan terutama.

·         Sejak semula Allah menghendaki agar hidup manusia selamat. Keselamatan itu ditujukan kepada semua manusia tanpa melihat latar, belakang, suku atau kelompok tertentu karena dihadapan Allah semua manusia adalah sama. Semua manusia berharga di mata Allah.

·         Namun dalam kenyataan hidup sehari-hari yang kita jumpai, banyak orang pada zaman sekarang ini hidupnya semakin menjauh dari kehendak Allah bahkan beranggapan hidup dapat dijalani tanpa Allah. 

·         Beberapa pandangan tentang sumber keselamatan misalnya sebagai berikut:
1. Keselamatan bersumber pada barang duniawi
Keselamatan hidup diukur dari kemampuan seseorang mengumpulkan harta benda atau barang-barang duniawi. Mereka merasa tidak membutuhkan Allah lagi karena segala sesuatu di dunia ini dapat diatasi dengan harta yang dimilikinya.
2. Keselamatan bersumber pada kekuatan gaib
Dalam dunia modern ini kita masih menjumpai masyarakat yang menggantungkan keselamatan pada kekuatan gaib. Kekuatan gaib ini dianggap mampu menjauhkan malapetaka, memberikan rasa aman, dan memberikan jaminan keselamatan hidup. Kekuatan gaib dipuja sebagai sumber keselamatan sehingga kehendak Allah dilupakan.
3.Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sumber keselamatan
Ada sebagian orang beranggapan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sumber keselamatan. Mereka menggantungkan hidupnya pada kemajuan ilmu kedokteran dan alat-alat kesehatan. Dengan kemajuan itu mereka merasa dapat memperpanjang usia hidupnya, mereka mulai lupa bahwa hidup dan mati adalah milik Allah. Tak ada seorang pun yang dapat melawan kehendak Allah.

·         Kepercayaan pada kekuatan gaib dulu juga pernah disaksikan sendiri oleh Rasul Paulus ketika ia mengabarkan Injil di Atena (Kisah Rasul 17:16-34). Kepercayaan orang-orang Atena terhadap patung-patung berhala yang diyakini memiliki kekuatan gaib dimana dianggap mampu melindungi hidup mereka, membuat sedih hati Rasul Paulus. 

·         Sikap orang-orang Atena tersebut juga dapat kita temukan dalam masyarakat kita dewasa ini yang menggantungkan hidupnya pada berhala-berhala bentuk yang lain, seperti, mendewakan barang-barang duniawi, memuja benda dan mantra-mantra yang dianggap memiliki kekuatan gaib, serta menomor satukan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibandingkan menyerahkan hidupnya kepada kehendak Allah.

·         Sebagai orang beriman kita harus meyakini bahwa Allah adalah sumber keselamatan sejati. Tidak ada kekuatan lain yang menyelamatkan selain kekuatan Allah sendiri.

·         Mari kita perhatikan beberapa kutipan teks Kitab Suci atau dokumen Gereja berikut ini, agar kita semakin yakin bahwa Allah merupakan satu-satunya sumber keselamatan sejati bagi hidup kita sekarang maupun yang akan datang:
1. “Aku, Akulah Tuhan dan tidak ada juru selamat selain dari pada-Ku.” (Yes 43:11).
2.“…tidak ada Allah selain dari pada-Ku! Allah yang adil dan Juruselamat, tidak ada yang lain kecuali Aku.” (Yes 45:21).
3.“Tetapi Aku adalah TUHAN, Allahmu sejak di tanah Mesir; engkau tidak mengenal allah kecuali Aku, dan tidak ada juruselamat selain dari Aku.” (Hos 13:4).
4.“Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya.” (1Tim 4:10).
5.“Allah yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin.” (Yud 1:25)
6.“Allah yang sama adalah penyelamat dan Pencipta, Tuhan sejarah manusia dan sejarah keselamatan.” (GS 41)

·         Allah adalah Pencipta, awal dari segala kehidupan dan sekaligus menjadi tujuan hidup setiap ciptaan. Dia adalah Alpha dan Omega, Awal dan akhir. Sebagai orang beriman kita harus percaya bahwa karya penyelamatan Allah tetap berlangsung dari dulu hingga sekarang.

·         Namun seringkali manusia tidak menyadari karya keselamatan Allah dalam dirinya. Itulah sebabnya Allah kerap kali menyatakan diri-Nya kepada manusia, sebagaimana pernah dilakukan kepada bangsa Israel.

·         Demikian juga dengan diri kita, ada begitu banyak tanda kasih Allah yang dapat kita rasakan dalam hidup kita. Allah telah memberikan napas kehidupan dan juga menciptakan alam semesta yang indah dan kaya untuk menunjang kelangsungan hidup kita.

·         Bukti terbesar kasih Allah yang menyelamatkan umat manusia adalah dengan mengutus Putera-Nya sendiri, Yesus Kristus untuk menebus dosa-dosa manusia. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16).

·         Namun kenyataannya tidak semua orang mau menanggapi karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus. Sejak kehadiran-Nya, Yesus sudah mengalami berbagai macam penolakan. Masih banyak orang yang tidak percaya dan tidak mau menerima Yesus sebagai Juru Selamat.

·         Penolakan manusia berpuncak pada peristiwa penyaliban Yesus di Golgota. Penolakan manusia terhadap karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus tidak menghalangi kehendak Allah yang ingin menyelamatkan umat manusia sepanjang masa. Karya penyelamatan Allah itu tetap berlangsung sampai sekarang dilanjutkan oleh para pengikut-Nya melalui berbagai karya pelayanan Gereja-Nya yang kudus.

·         Semua itu menjadi tanda karya keselamatan Allah yang harus kita syukuri yaitu dengan menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada kehendak Allah (iman).

·         Bagi kita orang Katolik, terlibat secara langsung dan berperan aktif dalam perayaan-perayaan sakramen menjadi sarana bagi kita menghayati kehadiran Allah yang menyelamatkan.

·         Selain dengan mengikuti perayaan-perayaan sakramen kita juga dapat menghayati kehadiran Allah melalui doa dan melalui sabda-Nya dalam Kitab Suci.

·         Karena Allah telah mengasihi kita dan berkehendak menyelamatkan kita maka kita juga harus mampu menjadi tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan bagi sesama melalui berbagai macam karya belas kasih seperti yang dilakukan oleh Bunda Teresa.

·         Kita juga dapat menjadi tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan dengan misalnya membantu teman kita yang kesulitan dalam memahami materi pelajaran, menjenguk dan mendoakan teman yang sakit, atau menyisihkan sebagian yang kita miliki untuk berbelarasa pada orang-orang yang miskin dan teraniaya dalam hidupnya.

Ringkasan Buku Guru Kelas 9 K13

 

Beragama Sebagai Tanggapan atas Karya Keselamatan Allah – Ringkasan

·         Sudah sejak dahulu kala hingga sekarang ini di antara pelbagai bangsa terdapat suatu kesadaran tentang daya kekuatan yang gaib yang hadir pada perjalanan sejarah dan peristiwa-peristiwa hidup manusia;

·         Demikian pula dengan nenek moyang kita sejak dahulu kala, bahkan jauh sebelum agama-agama besar dikenal, sudah ada upaya untuk mengungkapkan kepercayaan akan Allah yang menyelamatkan. Ungkapan kepercayaan itu dinyatakan dalam berbagai bentuk: mitos, upacara, dan sebagainya. Kita mengenalnya sebagai agama asli.

·         Biasanya agama asli bersifat lokal, artinya hanya ada di wilayah tertentu. Di Indonesia banyak tersebar agama-agama asli, sebagian masih dianut oleh suku-suku tertentu, sebagian sudah terpengaruh oleh agama-agama besar.

·         Agama-agama yang terdapat di seluruh dunia pada umumnya dengan berbagai cara berusaha menanggapi kegelisahan hati manusia yang terus-menerus bertanya tentang makna hidupnya yang terdalam: “apakah manusia, mengapa manusia hidup, mengapa ada penderitaan dan kesusahan, mengapa manusia bisa sakit, apa akhir dari kehidupan ini, kemanakah sesudah kematian” dengan menunjukkan berbagai jalan, yakni ajaran-ajaran serta kaidah-kaidah hidup maupun upacara-upacara suci.

·         Bagi manusia semua pertanyaan tersebut merupakan suatu misteri yang tak terjawab. Pada akhirnya, manusia mempercayakan seluruh hidupnya kepada penyelenggaraan Tuhan melalui agama yang dianutnya.

·         Agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, Balai Pustaka 2001).

·         Dr. Franz Dahler mengartikan “agama adalah hubungan manusia dengan sesuatu kekuasaan yang lebih tinggi dari pada dia, dari mana dia merasa tergantung dan berusaha mendekatinya.”

·         Di bawah ini lima unsur yang dapat kita temukan pada agama-agama yang ada, yaitu:
1.Jemaat
Umat beragama bukanlah kumpulan umat yang biasa. Yang mengikat mereka pada awalnya bukan organisasi, melainkan ikatan batin. Bagaimana ikatan batin itu digambarkan atau diterangkan, berbeda pada masing-masing agama. Biasanya umat beragama merasa dirinya dipersatukan bukan hanya atas inisiatif atau upaya para anggota. Tuhan sendirilah yang mempersatukan mereka.
2. Tradisi
Umumnya semua agama mempunyai sejarah. Khususnya sejarah awal dan tokoh-tokohnya, mempunyai arti yang khusus. Banyak agama mengenal nabi atau rasul atau pendiri agama. Salah satu unsur tradisi yang sangat penting adalah ajaran yang diteruskan secara turun temurun. Ajaran itu pada umumnya mengandung tiga bidang: ajaran keselamatan, ajaran moral dan ajaran ibadat. Tradisi ajaran itu biasanya diteruskan tidak hanya secara lisan, tetapi juga melalui buku-buku suci.
3. Ibadat
Walaupun ibadat ada dalam setiap agama, namun justru dalam ibadatlah nampak perbedaan antara agama. Ada yang melihat ibadat sebagai pertemuan antara Allah dan manusia. Ada juga yang membatasi ibadat pada ungkapan ketakwaan dan saling mengukuhkan iman. Ibadat adalah kegiatan manusia. Peraturan ibadat dan cara umat mengambil bagian dalam ibadat berbeda antara satu agama dengan agama yang lain.
4. Tempat Ibadat
Setiap agama memiliki tempat ibadat, sebutan, dan ciri yang berbeda-beda antara satu agama dengan agama lainnya. Tempat ibadat dipandang sebagai tempat yang dikhususkan bagi pertemuan dengan Tuhan. Selain itu tempat ibadat dipandang sebagai tempat yang suci.
5. Petugas Ibadat
Sebenarnya petugas ibadat itu suci, karena ibadat yang dilayani olehnya bersifat suci. Dalam hal ini ada perbedaan-perbedaan besar antara para petugas ibadat dari pelbagai agama.

·         Perlu ditegaskan bahwa berbagai ungkapan yang menunjukkan bahwa manusia melakukan upacara, ibadat, dan sebagainya, memperlihatkan kepada kita bahwa manusia percaya akan Allah.

·         Manusia percaya ada Pribadi yang luar biasa, yang kuat, yang jauh melebihi kemampuan manusia. Pribadi yang luar biasa itu sungguh misteri, sulit dijelaskan sepenuhnya oleh manusia, tetapi dirasakan kehadiran dan pengaruhnya dalam hidup manusia sehari-hari.

·         Beberapa alasan manusia menganut agama antara lain sebagai berikut:
1. Menemukan jawaban
Manusia sering menghadapi berbagai pertanyaan yang sulit dipecahkan oleh kemampuan akal-budinya. Ada banyak pertanyaan berkaitan dengan hidup manusia itu sendiri, seperti: dari mana manusia berasal, mengapa ada penderitaan atau bencana di dunia ini, kemana manusia sesudah ia mati?
2. Mencari perlindungan
Dalam hidupnya manusia kerap kali merasa tidak berdaya, manusia seringkali menyadari kekuatan yang jauh lebih hebat dari dirinya. Kekuatan itu tampak dalam bentuk bencana, gejala alam, atau kejadian yang menimpa dirinya. Perasaan tidak berdaya itulah yang mendorong manusia untuk meminta perlindungan terhadap kekuatan lain yang lebih hebat itu, dengan berlindung kepada kekuatan itu manusia juga merasakan keamanan.
3. Meneguhkan tata nilai
Dalam hidupnya manusia mau tidak mau harus berelasi dengan sesamanya. Dari pengalaman berhubungan dengan orang lain tersebut, baik dengan individu maupun kelompok, manusia menemukan ada nilai-nilai tertentu yang bersifat membangun dan ada juga yang sifatnya dapat merusak relasi itu sendiri. Melalui agama, segala nilai yang baik dan benar itu dihayati sebagai yang dikehendaki Allah, sedangkan yang jahat dan salah dianggap berlawanan dengan kehendak Allah.
4. Memuaskan kerinduan akan masa depan yang lebih baik
Dalam pergumulan hidupnya manusia berpikir: Kalau Allah demikian mencintai manusia, pasti Allah tidak menghendaki semuanya itu terjadi terus menerus; kalau Allah mencintai manusia tentulah ada situasi lain yang dijanjikannya, yakni situasi dimana manusia dapat hidup dengan damai, tentram, tanpa penderitaan, dan sebagainya.

·         Dalam menghayati hidup keagamaan, kadang ada yang menganggap diri mereka lebih baik dari orang lain. Pada zaman Yesus, kebanyakan orang Farisi seperti itu. Yesus mengkritik orang-orang Farisi, para pemuka agama dan ahli taurat yang seringkali merasa hidup keagamaannya lebih baik dibandingkan orang lain (Lukas 18:9-14). Mereka menyombongkan dirinya dan menganggap orang lain hidup agamanya lebih rendah. 

·         Pada kenyataannya masih banyak orang yang masih menghayati agama yang dianutnya secara dangkal. Mereka mengaku sebagai orang beragama, namun hal itu hanya berlaku di KTP saja sebagai identitas. Dengan alasan tersebut, orang akan merasa aman karena diakui statusnya.

·         Hidup beragama yang benar harus didasarkan pada keyakinan bahwa Allah telah mencintai manusia. Dialah sumber cinta, penyelenggara kehidupan sehingga hidup beragama hendaknya mengarah pada hubungan yang semakin dekat dan mendalam dengan Allah.

·         Hubungan yang semakin dekat dan mendalam dengan Allah dapat dilaksanakan melalui praktik-praktik pelaksanaan ibadah sesuai agama yang dianutnya dan penghayatan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

·         Kita harus benar-benar mendalami ajaran agama kita, sehingga tidak jatuh pada pemahaman yang dangkal dan setengah-tengah. Kita juga harus bersikap kritis dalam menyikapi pandangan agama sendiri dan atau orang lain, dengan mengutamakan kehendak Allah sebagai ukuran kebenaran, sehingga kita dapat bersikap rendah hati di hadapan Allah dan sesama.

Ringkasan Materi Kelas 9 K13

 

Beriman sebagai Tanggapan atas Karya Keselamatan Allah – Ringkasan

·         Dalam hidup beragama yang pokok adalah sikap batin. Agama yang bersifat lahiriah, dengan sendirinya menjadi formalisme dan kosong.

·         Tidak semua orang yang mengaku dirinya memiliki agama, memiliki iman yang mendalam.

·         Agama merupakan pengungkapan iman dalam arti yang luas. Dalam agama, iman mendapat bentuk yang khas, yang memampukan orang beriman mengomunikasikan imannya dengan orang lain, baik yang beriman maupun yang tidak.

·         Untuk memahami lebih mendalam tentang iman, maka kita harus juga memahami tentang wahyu karena iman tidak dapat dipisahkan dari wahyu Ilahi.

·         Wahyu adalah Allah sendiri yang menyapa manusia, yang berbicara dengan manusia, yang berhubungan secara pribadi dengan manusia.

·         Maka dengan wahyu itu Allah yang tidak kelihatan (lih. Kol 1:15; 1Tim 1:17) dari kelimpahan cinta kasih-Nya menyapa manusia sebagai sahabat-sahabat-Nya…”

·         Dengan kata lain, Allah yang diperkenalkan adalah Allah yang baik, bijaksana, berkelimpahan cinta kasih. Jadi, keinginan Allah mau bersahabat itu karena kebaikan, cinta, dan kebijaksanaanNya. Dialah Bapa yang diperkenalkan oleh Yesus Kristus. Jadi isi pewahyuan adalah diri Allah sendiri dan rahasia kehendak-Nya.

·         Kalau wahyu adalah Allah sendiri yang menyapa manusia, maka dari pihak manusia diharapkan tanggapan atas sapaan itu. Tanggapan ini disebut iman.

·         Konsili mengatakan: “Kepada Allah yang mewahyukan diri, manusia harus menyatakan ketaatan iman. Dalam ketaatan iman tersebut manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah dengan kepenuhan akal budi dan kehendak yang penuh kepada Allah pewahyu …” (DV 5).

·         Iman adalah ikatan pribadi manusia dengan Allah dan persetujuan secara bebas terhadap segala kebenaran yang diwahyukan Allah.

·         Iman adalah sikap penyerahan diri manusia dalam pertemuan pribadi dengan Allah (Mgr. I. Suharyo Pr.).

·         Dengan demikian, maka beriman artinya tidak hanya sekedar tahu atau sekedar percaya, tetapi berani melakukan apa yang diketahui dan dipercayai. 

·         Dengan kata lain, beriman kepada Allah, berarti menyerahkan diri secara total kepada Allah.

·         Penyerahan diri secara total itu muncul berdasarkan keyakinan bahwa Allah pasti akan memberikan dan melakukan yang terbaik bagi manusia. Yang dikehendaki Allah semata-mata kebahagiaan dan keselamatan manusia.

·         Sikap penyerahan diri secara total tersebut memungkinkan manusia tidak tawar-menawar apalagi memaksakan kehendak sendiri, tidak ragu-ragu.

·         Relasi manusia dengan Allah akan menjadi lebih nyata jika iman tidak hanya diungkapkan melalui doa maupun puji-pujian saja, tetapi juga diwujudkan dalam hidup sehari-hari, terutama melalui perbuatan baik yang menyelamatkan dan membahagiakan sesama.

·         Orang dapat disebut betul-betul beriman bila ia sungguh-sungguh menghayati dan mewujudkan imannya dalam hidup sehari-hari. Karena jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya adalah mati. Sebab iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itulah iman menjadi sempurna. Manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, bukan hanya karena iman. (lih. Yak 2:14-26).

·         Yesuspun secara tegas mengatakan: ”Bukan setiap orang yang berseru: Tuhan, Tuhan! Akan masuk Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga” (Mat 7:21).

Ringkasan Materi Kelas 9 K13.

 


Minggu, 19 Januari 2020

UJIAN PRAKTIK

MATERI UJIAN

  1. Mempraktikkan buku Ibadat Sabda yang disusun kelompok
    • kelancaran dan kekhidmatan ibadat
    • pembagian tugas
    • partisipasi aktif semua anggota selama ibadat
    • kelengkapan sarana pendukung ibadat
  2. Ujian secara pribadi
    1. Doa Aku Percaya
    2. Doa Dengan Perantaraan Beata Maria Ines
    3. Doa Tobat
    4. Doa Ratu Surga
    5. Doa Malaikat Tuhan
      • ketepatan kata-kata doa (hafal)
      • kelancaran dalam berdoa
      • sikap dalam berdoa
      • penjiwaan doa
    6. Membaca Kitab Suci
      • Ketepatan cara membaca Kitab Suci
      • sikap dalam membaca Kitab Suci
      • Intonasi
      • Penjiwaan isi bacaan
    7. Menyanyikan lagu dari Puji Syukur
      • ketepatan nada
      • kelancaran dalam menyanyi
      • sikap dalam bernyanyi
      • penjiwaan lagu
CATATAN YANG PERLU DISIAPKAN
  1. setiap peserta ujian saat ujian membawa: buku ibadat, Kitab Suci, Puji Syukur
  2. kelompok menyediakan sarana ibadat yang mendukung
  3. mateeri ujian pribadi sudah disiapkan secara pribadi

Senin, 13 Januari 2020

SALAM

SELAMAT HARI NATAL 2019 DAN TAHUN BARU 2020 

SELALU ADA RAHMAT DARI KASIH TUHAN YESUS

Materi kelas 9


BAHAN ATAU MATERI PH 1 SEMESTER 2

Kemajemukan Agama dan Kepercayaan: Berbeda tapi Satu Tujuan


Pemikiran Dasar
Seperti kita ketahui bersama bahwa jika kita tidak memandang secara positif terhadap perbedaan antar agama yang ada di Indonesia ini, makakerusuhan yang dapat mengakibatkan kehancuran dapat saja terjadi.
Di beberapa negara miskin kita dengar konflik antarumat beragama yang dibalut dengan sentimen keagamaan. Perusakan atau penutupan tempat ibadat salah satu agama oleh kelompok penganut agama lain menjadi contoh kasus yang masih sering kita dengar.
Tentu kita harus mengetahui lebih jauh akar penyebab konflik yang terjadi. Banyak yang sesungguhnya bukan disebabkan perbedaan agama dan kepercayaan, melainkan kepentingan politik dan kekuasaan atau kepentingan lainnya. Satu hal yang perlu kita lihat Bersama adalah bahwa konflik-konflik semacam itu pada akhirnya lebih banyak membawa kehancuran, permusuhan, dan dendam. Korbannya seringkali ada di kedua belah pihak. Tetapi dampak yang terbesar adalah hancurnya peradaban dan martabat manusia.
Kita berharap bahwa di masa depan tidak terjadi konflik antarumat beragama dalam bentuk apapun. Untuk mencegah terjadinya konflik, kita perlu mengetahui beberapa faktor yang sering menjadi pemicu
Terjadinya konflik antara lain
  1. Adanya ambisi dari penganut atau pemimpin agama yang ingin memperjuangkan kepentingan tertentu dengan mengatasnamakan agama dan keyakinan sebagai alasan untuk mengadakan pertikaian antarumat beragama.
  2. Kurangnya umat memahami dan mendalami agamanya secara benar, sehingga mudah dihasut dan diprovokasi oleh pihak lain yang mempunyai niat jahat.
  3. Fanatisme beragama yang berlebihan yang disertai dengan sikap dan pandangan negatif terhadap agama yang lain.
  4. Kurang mengenal, atau tidak mau mengenal agama dan kepercayaan lain, sehingga selalu mengukur kebenaran berdasarkan agamanya sendiri.
  5. Menganggap agama dan kepercayaan lain sebagai ancaman terhadap agama yang dianutnya.
  6. Kurang cepatnya penanganan aparat pemerintah dalam menangani isu-isu SARA, sehingga menimbulkan masalah yang lebih besar.
  7. Adanya kecemburuan sosial dalam hal tertentu, misalnya dalam hal kesejahteraan hidup, sehingga memakai agama untuk melampiaskan kekesalannya.

Seperti kita sadari bersama, walaupun memiliki banyak perbedaan, namun setiap agama memiliki tujuan mulia yang sama, yaitu menghantar dan membimbing kita para penganutnya untuk menuju kepada kebaikan dan kebenaran yang memungkinkan kita semua berbahagia baik di dunia maupun di kehidupan yang akan datang.
Oleh karena itu kita memiliki kewajiban untuk senantiasa berusaha memperjuangkan kehidupan bersama yang penuh dengan kerukunan dan kedamaian. Gereja Katolik secara nyata mendukung terciptanya persaudaraan sejati dalam kehidupan bersama, termasuk dengan mereka yang berbeda agama dan kepercayaan, baik melalui dialog kehidupan dan dialog karya. Karena semua bangsa merupakan satu masyarakat, mempunyai satu asal, sebab Allah menempatkan seluruh manusia di bumi. Semua mempunyai juga tujuan akhir yang satu: Allah. Penyelenggaraan-Nya dan bukti kebaikan-Nya mencakup semua orang, tanpa kecuali. (bdk. Nostra Aetate. art. 1)
Berbagai usaha yang dapat dilakukan untuk menjaga kerukunan antarumat beragama, misalnya:
  • Berusaha untuk berteman dengan semua orang dengan tanpa membedakan agama dan kepercayaan.
  • Selalu berpandangan secara positif terhadap orang lain termasuk yang berbeda agama.
  • Mau hidup rukun dan saling membantu antarumat beragama.
  • Saling memberikan salam dan ucapan selamat pada teman yang merayakan hari besar agamanya.
  • Menghargai ajaran dan juga peribadatan dari agama lain.

Baca juga materi dari buku paket halaman 101 (untuk dipahami)

PENEGUHAN
  1. Seperti kita sadari bersama, bahwa walaupun memiliki banyak perbedaan, namun setiap agama memiliki tujuan mulia yang sama, yaitu menghantar dan membimbing kita untuk menuju kepada kebaikan dan kebenaran yang memungkinkan kita semua berbahagia baik di dunia maupun di kehidupan yang akan datang.
  2. Setiap agama memiliki tujuan akhir yang sama yaitu menuntun manusia menuju kepada Allah.
  3. Berbagai usaha dapat kita lakukan untuk menjaga kerukunan umat beragama, misalnya berusaha untuk berteman dengan semua orang dengan tanpa membedakan agama dan kepercayaan, selalu berpandangan secara positif terhadap orang lain termasuk yang berbeda agama, mau hidup rukun dan saling membantu antarumat beragama, saling memberikan salam dan ucapan selamat pada teman yang merayakan hari besar agamanya, serta menghargai ajaran dan peribadatan agama lain. 

Sikap Gereja Katolik terhadap Agama dan Kepercayaan Lain


Pemikiran Dasar
Yesus Kristus berfirman: “… barang siapa mengasihi Allah, ia harus mengasihi saudaranya” (1 Yoh 4:21). Apa yang telah difirmankan oleh Yesus tersebut perlulah dimaknai dalam konteks yang luas, konteks yang universal, artinya tidak terbatas pada iman yang sama atau agama yang sama. Jadi bagi umat Kristen semua orang adalah saudara, dengan tanpa membedakan satu dengan yang lain berdasarkan agama, kepercayaan, suku, ras, dan lain sebagainya. Gereja senantiasa berjuang untuk mewujudkan persaudaraan itu menjadi persaudaraan yang sejati. Persaudaraan yang didasarkan pada kasih yang saling menghargai, mengasihi, dan peduli satu dengan yang lain. Mewujudkan persaudaraan berarti setiap orang menjalankan kewajiban untuk menjalin persaudaraan dengan orang lain dari berbagai suku, agama, ras, golongan, dan sebagainya dengan tidak berpura-pura baik melainkan dengan serius, sungguh-sungguh, dan ketaatan secara total. Dan Yesus telah memberikan teladan dalam hal membangun “persaudaraan sejati” yakni kesetiaan Dia hingga rela disalib untuk kita.
Salah satu hal yang dapat kita lakukan untuk membangun persaudaraan adalah dengan mengusahakan sikap yang baik, serta positif terhadap agama dan kepercayaan lain.
Gereja telah mewujudkan hal itu dengan senantiasa menunjukkan sikap yang baik terhadap agama dan kepercayaan lain, yang dalam hal ini dituangkan dalam dokumen Gereja yakni ”Unitatis Redintegratio, art.3”, juga dalam “Nostra Aetate Art.2”, yakni Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci dalam agama-agama lain serta mengajak seluruh umat Katolik agar dengan bijaksana dan cinta kasih mengadakan dialog dan kerja sama dengan penganut agama dan kepercayaan lain untuk menciptakan suasana kehidupan yang harmonis, rukun, dan damai. Disini Gereja Katolik meninjau dengan cermat, sikapnya terhadap agama-agama non Kristen dalam tugasnya memupuk persatuan dan cinta kasih antar manusia. Gereja memandang bahwa kita adalah umat manusia yang merupakan satu masyarakat, mempunyai asal dan tujuan yang satu yaitu berasal dari Allah.

Baca juga materi dari buku paket halaman 107 (untuk dipahami)

PENEGUHAN
  1. Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci dalam agama-agama lain serta mengajak seluruh umat Katolik agar dengan bijaksana dan cinta kasih mengadakan dialog dan kerja sama dengan penganut agama dan kepercayaan lain untuk menciptakan suasana kehidupan yang harmonis, rukun, dan damai.
  2. Gereja memandang bahwa kita adalah umat manusia yang merupakan satu masyarakat, mempunyai asal dan tujuan yang satu yaitu berasal dari Allah.
  3. Gereja juga menghargai umat Islam, yang menyembah Allah satu-satunya, yang hidup dan berdaulat, penuh belas kasihan dan Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, yang telah bersabda kepada umat manusia.
  4. Gereja juga menyadari ada banyak persekutuan Kristen membawakan diri sebagai pusaka warisan Yesus Kristus yang sejati bagi umat manusia. Mereka semua mengaku murid-murid Tuhan, walaupun berbeda-beda pandangan dan menempuh jalan/cara yang berlainan 

SIKAP GEREJA  KATOLIK TERHADAP GEREJA-GEREJA KRISTEN
  1. Gereja Katolik mendukung upaya pemulihan kesatuan antara segenap umat Kristen (Unitas Reintegratio, art 1)
  2. Aneka upacara dalam gereja Kristen dapat menyalurkan hidup rahmat yang sesungguhnya, dan harus diakui dapat membuka pintu memasuki persekutuan keselamatan (UR, art. 3)
  3. Gereja Katolik mengundang semua umat untuk berperan aktif dalam kegiatan ekumenis.
  4. Gerakan ekumenis adalah kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha untuk menanggapi bermacam-macam kebutuhan Gereja
  5. Tujuan Gerakan ekumenis adalah mendukung kesatuan umat Kristen
Contoh kegaiatan Gerakan ekomenis:
  1. Pertemuan umat Kristen dari berbagai Gereja atau Jemaat yang diselenggarakan dalam suasana religious
  2. Dialog antara para pakar yang kaya informasi, yang memberi ruang kepada setiap peserta untuk secara lebih mendalam menguraikan ajaran persekutuannya, dan dengan jelas menyajikan corak-cirinya
  3. Menggalang kerja sama yang lebih luas lingkupnya dalam aneka usaha demi kesejahteraan umum menurut tuntutan suaa hati Kristen
  4. Bertemu dalam doa sehati sejiwa

SIKAP GEREJA  KATOLIK TERHADAP agama islam

  1. Gereja Katolik menghargai umat Islam yang menyembah Allah satu-satunya, yang hidup dan berdaulat, penuh belaskasihan dan mahakuasa.
  2. Kaum muslimin berusaha menyerahkan diri dengan segenap hati kepada ketetapan Allah dan dengan sukarela mengacu dan menyerahkan diri kepada Allah
  3. Umat muslim juga menghormati Yesus sebagai nabi, menghormati Maria, bunda Yesus yang tetap perawan.
  4. Umat muslim mendambakan hari pengadilan, menjunjung tinggi kesusilaan, berbakti kepada Allah dalam doa, memberi sedekah dan puasa. (NA, art. 3)

SIKAP GEREJA  KATOLIK TERHADAP agama hindu

  1. Dalam Hinduisme manusia mencari misteri ilahi dan mengungkapkannya dengan usaha-usaha filososis yang mendalam
  2. Hinduisme mencari pembebasan dari kesesakan keadaan melalui bentuk-bentuk hidup berulang tapa atau melalui permenungan yang mendalam atau mengungsi kepada Allah penuh kasih dan penyayang

SIKAP GEREJA  KATOLIK TERHADAP AGAMA BUDHA

  • Budhisme dalam berbagai alirannya mengakui bahwa dunia yang serba berubah ini, sama sekali tidak mencukupi, dan mengajarkan kepada manusia jalan untuk dengan jiwa penuh bakti dan kepercayaan memperoleh keadaan kebebasan yang sempurna, atau entah dengan usaha sendiri entah berkat bantuan dari atas mencapai penerangan yang tertinggi

SIKAP GEREJA  KATOLIK TERHADAP KEPERCAYAAN LAINNYA

  1. Mendorang Gereja dengan bijaksana dan penuh kasih melalui dialog dan kerja sama dengan penganut kepercayaan lain , sambal memberi kesaksian tentang iman dan perihidup krsitiani, mengakui, memelihara dan mengembangkan harta kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio budaya, yang terdapat pada mereka. (NA, art. 2)
  2. Gereja mendukung terciptanya persaudaraan sejati dalam kehidupan Bersama melalui dialog kehidupan dan dialog karya

Sikap yang perlu dikembangkan

  1. Mengenal agama lain dengan membaca literatur yang ada atau dialog langsung dengan teman-teman yang berbeda agama dan kepercayaan, bertanya lebih mendalam, tetapi jangan berdebat
  2. Berbicara tentang ajaran agama dan kepercayaan lain secara bijaksana
  3. Membiasakan mengucapkan selamat ketiga teman, tetangga merayakan hari raya keagamaan mereka
  4. Mendoakan umat beragama lain dan para pemimpinnya

Kebersamaan itu Indah

Pemikiran Dasar
Betapa bahagianya orang yang hidup dalam suasana kehidupan yang penuh dengan persaudaraan. Hidup dalam persaudaraan adalah hidup dalam semangat kasih. Kasih itu tidak membeda-bedakan, tulus, rela berkorban, dan kasih itu mau terlibat
Bagi umat Katolik, pengertian persaudaraan bukanlah dalam arti sempit yaitu relasinya dengan sesama umat Kristiani dalam satu paroki atau mereka yang sudah dibaptis sehingga menjadi anak anak Allah dan menjadi saudara. Dalam konteks persaudaran Kristen, Kristus mengatakan : “… barang siapa mengasihi Allah, ia harus mengasihi saudaranya” (1 Yoh 4:21). Perkataan Kristus tersebut perlu dimaknai dalam konteks universal, artinya tidak terbatas pada iman yang sama atau agama yang sama. Sehingga bagi umat Kristen, segala tingkat kehormatan harus tunduk pada persamaan dasar: “Kamu satu sama lain adalah saudara!”
Jika kita menghayati dan mewujudkannya apa yang telah difirmankan Tuhan, maka kehidupan persaudaraan yang penuh dengan keindahan akan dapat kita wujudkan pula. Itulah keindahan kebersamaan dalam hidup yang dapat kita usahakan. Keindahan dalam hidup kebersamaan tidak akan datang begitu saja, namun perlu untuk kita usahakan. Berbagai bentuk kebersamaan yang indah dapat kita lihat dalam kehidupan kebersamaan yang dibangun oleh masyarakat kita antara Lain 1) dilingkungan RT/RW tertentu ada kebiasaan silaturahmi  dimana setiap hari raya Natal para warga yang muslim dan beragama lain secara perorangan atau kelompok berkunjung ke rumah warga yang beragama Katolik atau Kristen. Sebaliknya, pada hari raya Idul Fitri, seluruh warga berkumpul di perempatan RT tersebut untuk bersama-sama bersilaturahmi dan saling mengucapkan selamat baik oleh warga muslim maupun non muslim. Juga ada kegiatan saling berkunjung pada saat Idul Fitri; 2) Di beberapa Gereja Katolik, ada warga muslim yang tergabung dalam ormas (organisasi kemasyarakatan) tertentu yang selalu membantu menjaga keamanan dalam perayaan malam Natal atau malam Paskah; 3) Ada pula umat Katolik terlibat dalam kepanitiaan pembangunan mesjid atau kepanitiaan kegiatan keagamaan umat beragama lain; 4) Ketika terjadi bencana banjir, banyak sekolah Katolik yang memberikan fasilitas sekolahnya sebagai tempat untuk mengungsi dengan tanpa membedakan agama dan suku, tetapi bersama-sama mereka membangun kebersamaan dan hidup saling membantu.
Pengalaman-pengalaman indah itu hendaknya makin banyak dilakukan dan makin menyebar sehingga pastilah dunia ini akan tersenyum, terlebih Allah akan merasa bangga terhadap manusia ciptaan-Nya.
Sebagai pelajar, dapat juga mengusahakan kebersamaan yang indah itu dengan ikut terlibat di dalam berbagai kegiatan kebersamaan seperti itu. Secara lebih nyata lagi dapat dilakukan dengan membangun persahabatan dengan semua teman tanpa membedakan. Gereja, melalui dokumen “Unitatis Redintegratio Art.2” ada bagian yang menekankan pentingnya dialog antarumat beragama agar tercipta kehidupan kebersamaan yang indah; “….. maka Gereja mendorong
Para putranya supaya dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerja sama dengan para penganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang iman serta perihidup Kristiani, mengaku, memelihara dan mengembangkan harta kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio budaya, yang terdapat pada mereka”

Baca juga materi dari buku paket halaman 114 (untuk dipahami)

PENEGUHAN
  1. Persahabatan yang tulus adalah persahabatan yang tidak memandang berbagai perbedaan termasuk perbedaan agama. Persahabatan yang demikian akan mewujudkan kebersamaan yang menggembirakan bagi siapa saja yang bersahabat.
  2. Usaha yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan kebersamaan yang indah bersama dengan teman yang berbeda agama, antara lain:
  • Saling memberikan ucapan selamat kepada teman yang merayakan hari raya keagamaannya.
  • Saling membantu antar teman yang sedang menjalankan ibadahnya.
  • Menghormati teman yang sedang berpuasa.
  • Ikut terlibat dalam kerja bakti membangun rumah ibadah